Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, karena tanpa-Nya mustahil makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai
bahan pembelajaran kami, dalam mengenal lebih jauh tentang agama islam.
Terlebih ini adalah tugas dari guru yang harus kami kerjakan dan harus kami
selesaikan. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan banyak
manfaat, khususnya bagi kami, dan umumnya bagi semua yang membaca makalah ini.
Pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, kepada orang tua kami
yang selalu mendo’akan kami, dan kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini, yang tak bisa kami sebutkan satu persatu
tetapi tidak mengurangi rasa hormat kami.
Akhirnya, sesuai dengan
kata pepatah “tiada gading yang tak retak,” atau “sepandai-pandainya tupai
melompat pasti akan jatuh juga,” kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kebenaran dan kesempurnaan
hanyalah milik Allah semata.
Tulungagung, 02 Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Halaman
Pengesahan
Kata
Pengantar
DAFTAR
ISI
BAB
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Rumusan
Masalah
Tujuan
BAB
PEMBAHASAN
Pendahuluan
Pengertian Toleransi
Toleransi Beragama menurut Islam
Konsep Kerukunan Umat Beragama
Sejarah Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia
Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
BAB
PENUTUP
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah.
Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus
sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk
mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan
dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah satunya
adalah perbedaan agama.
Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan
dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling
menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat
dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban
diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam AL-QUR’AN juga dibahas tentang
toleransi Oleh karena itu kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya menjunjung
tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar
hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah
dasar bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama
tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak
setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada
seorang pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat
beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik.
Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi
adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang
mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi
dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman
yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
1.2
Rumusan Masalah
·
Bagaimana isi kandungan surat yunus ayat
40-41
·
Bagaimana tentang toleransi dan kerukunan antar umat beragama di
Indonesia
·
Bagaimana isi kandungan surat Al Maidah ayat
32
·
Bagaimana menelaah kembali surat Al Maidah
ayat 32 sebagai salah satu Surat yang membahas tentang cara menghindarkan diri dari tindakan
kekerasan
1.3 Tujuan
Sejalan dengan persoalan
yang telah dikemukakan diatas, penulisan makalah ini mempunyai manfaat untuk :
·
Mengetahui isi kandungan surat yunus ayat
40-41
·
Mengetahui salah satu Surat yang membahas
tentang toleransi.
·
Mengetahui tentang toleransi dan kerukunan antar umat beragama di
Indonesia
·
Mengetahui isi kandungan surat Al Maidah ayat 32
BAB II
KAJIAN TEORI
Toleransi berasal dari kata
“ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti dengan sabar
membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap
atau perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang
menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok
yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu
masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan
dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak
kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal maupun konservatif.
2.1 Q.S YUNUS (10) AYAT 40 DAN 41
Artinya :
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih
mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan
kamu, maka katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas
diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang
kamu kerjakan”. ( QS Yunus 40-41 )
Dalam ayat 40 ini, Allah
SWT menjelaskan bahwa orang yang pernah menerima seruan dakwah Nabi Muhammad,
ada orang-orang yang berIman kepada Al-Qur’an dan mengikutinya serta memperoleh
manfaat dari risalah yang di sampaikannya. Tapi ada juga yang tidak beriman
kepada nabi Muhammad, mereka mati dalam kekafiran.
Pada ayat yang ke 41 surat
Yunus, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia,
karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain memeluk
agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar.
ISI KANDUNGAN SURAH YUNUS
AYAT 40-41
1.
Ada golongan umat manusia yang beriman
terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman kepada Al-Qur'an.
2.
Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku
orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada Allah SWT dan orang-orang yang
tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT.
3.
Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT
(umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah SWT yang terakhir adalah Nabi
Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci yang harus dijadikan pedoman hidup
umat manusia sampai akhir zaman.
Umat
Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik ataupun buruk diketahui
oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul dosanya sendiri-sendiri.
2.2 Q.S AL-MAIDAH AYAT 32
|
||
مِنۡ
اَجۡلِ ذٰ لِكَ ۛؔ ۚ كَتَبۡنَا عَلٰى بَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ اَنَّهٗ مَنۡ
قَتَلَ نَفۡسًۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ اَوۡ فَسَادٍ فِى الۡاَرۡضِ فَكَاَنَّمَا
قَتَلَ النَّاسَ جَمِيۡعًا ؕ وَمَنۡ اَحۡيَاهَا فَكَاَنَّمَاۤ اَحۡيَا النَّاسَ
جَمِيۡعًا ؕ وَلَـقَدۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا بِالۡبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ
كَثِيۡرًا مِّنۡهُمۡ بَعۡدَ ذٰ لِكَ فِى الۡاَرۡضِ لَمُسۡرِفُوۡنَ ﴿۳۲﴾
|
ARTINYA
:
Dengan sebab (kisah pembunuhan kejam) yang demikian itu
Kami tetapkan atas Bani Isra`il, bahawasanya sesiapa yang membunuh seorang
manusia dengan tiada alasan yang membolehkan membunuh orang itu, atau (kerana)
melakukan kerosakan di muka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh manusia
semuanya dan sesiapa yang menjaga keselamatan hidup seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah menjaga keselamatan hidup manusia semuanya. Dan demi
sesungguhnya, telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan membawa
keterangan yang cukup terang kemudian, sesungguhnya kebanyakan dari mereka
sesudah itu, sungguh-sungguh menjadi orang-orang yang melampaui batas (melakuan
kerosakan) di muka bumi.
Ayat tadi terdapat tiga pelajaran
yang dapat dipetik:
a.
Nasib manusia sepanjang sejarah memiliki
kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai yang
saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah mata
rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
b.
Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan
mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat, merupakan pemusnahan
sebuah masyarakat, tetapi eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam
rangka qishash merupakan sumber kehidupan masyarakat.
Mereka yang memiliki
pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti para
dokter dan perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau
menyelamatkan orang yang sakit dari kematian, bagaikan menyelamatkan sebuah
masyarakat dari kehancuran
2.3 Hadis yang Terkait
Dalam hadis Rasulullah saw. ternyata cukup banyak
ditemukan hadis-hadis yang memberikan perhatian secara verbal tentang toleransi
sebagai karakter ajaran inti Islam. Hal ini tentu menjadi pendorong yang
kuat untuk menelusuri ajaran toleransi dalam Alquran, sebab apa yang
disampaikan dalam hadis merupakan manifestasi dari apa yang disampaikan dalam
Alquran.
Di dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau
bersabda :
حَدَّثَنِا
عبد الله حدثنى أبى حدثنى يَزِيدُ قَالَ أنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ دَاوُدَ
بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى
اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ.[13]
[Telah
menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad
bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata;
Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh
Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)]"
Ibn Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini,
beliau berkata: “Hadis ini di riwayatkan oleh Al-Bukhari pada kitab Iman, Bab Agama itu Mudah” di dalam sahihnya secara mu'allaq dengan tidak menyebutkan sanadnya
karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis sahih menurut Imam
al-Bukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya secara lengkap dalam al-Adâb al-Mufrad yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas dengan sanad yang hasan.[14] Sementara Syekh
Nasiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang kedudukannya
adalah hasan lighairih.”[15]
Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa
Islam adalah agama yang toleran dalam berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah
maupun syariah, akan tetapi toleransi dalam Islam lebih dititikberatkan pada
wilayah mua’malah. Rasulullah saw. bersabda :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاشٍ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ مُحَمَّدُ
بْنُ مُطَرِّفٍ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا
اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى.[16]
[Telah menceritakan kepada kami 'Ali
bin 'Ayyasy telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan Muhammad bin Mutarrif
berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad bin al-Munkadir dari Jabir bin
'Abdullah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Allah merahmati orang yang
memudahkan ketika menjual dan ketika membeli, dan ketika memutuskan
perkara"].
Imam al-Bukhari memberikan makna pada kata ‘as-samâhah’
dalam hadis ini dengan kata kemudahan, yaitu pada “Bab Kemudahan dan Toleransi dalam Jual-Beli”.[17] Sementara Ibn Hajar
al-‘Asqalâni ketika mengomentari hadis ini beliau berkata: "Hadis ini
menunjukkan anjuran untuk toleransi dalam interaksi sosial dan menggunakan
akhlak mulia dan budi yang luhur dengan meninggalkan kekikiran terhadap diri
sendiri, selain itu juga menganjurkan untuk tidak mempersulit manusia dalam
mengambil hak-hak mereka serta menerima maaf dari mereka.[18]
Islam sejak diturunkan berlandaskan pada asas
kemudahan, sebagai-mana Rasulullah saw. bersabda :
حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلاَمِ بْنُ مُطَهَّرٍ
قَالَ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ مَعْنِ بْنِ مُحَمَّدٍ الْغِفَارِيِّ
عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ
يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ.[19]
[Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Muthahhar
berkata, telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dari Ma'an bin Muhammad Al
Ghifari dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya agama itu mudah, dan
tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat
dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, men-dekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira
dan minta tolong-lah dengan al-ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat
setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat di waktu
malam)"].
Ibn Hajar al-‘Asqalâni berkata bahwa makna
hadis ini adalah larangan bersikap tasyaddud (keras) dalam agama yaitu
ketika seseorang memaksa-kan diri dalam melakukan ibadah sementara ia tidak
mampu melaksana-kannya itulah maksud dari kata : "Dan sama sekali tidak
seseorang berlaku keras dalam agama kecuali akan terkalahkan" artinya
bahwa agama tidak dilaksanakan dalam bentuk pemaksaan maka barang siapa yang
memaksakan atau berlaku keras dalam agama, maka agama akan mengalahkannya dan
menghentikan tindakannya.[20]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika
Rasulullah saw. datang kepada ‘Aisyah ra., pada waktu itu terdapat seorang
wanita bersama ‘Aisyah ra., wanita tersebut memberitahukan kepada Rasulullah
saw. perihal salatnya, kemudian Rasulullah saw. bersabda :
مَهْ، عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ
لَا يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَادَامَ
عَلَيْهِ صَاحِبُهُ
["Hentikan, Kerjakan apa yang sanggup kalian
kerjakan, dan demi Allah sesungguhnya Allah tidak bosan hingga kalian bosan,
dan Agama yang paling dicintai disisi-Nya adalah yang dilaksanakan oleh
pemeluknya secara konsisten"].[21]
Hadis ini menunjukkan
bahwa Rasulullah saw. tidak memuji amalan-amalan yang dilaksanakan oleh wanita
tersebut, dimana wanita itu menberitahukan kepada Rasulullah saw. tentang salat
malamnya yang membuatnya tidak tidur pada malam hari hanya bertujuan untuk
mengerja-kannya, hal ini ditunjukkan ketika Rasulullah saw. memerintahkan
kepada ‘Aisyah ra. untuk menghentikan cerita sang wanita, sebab amalan yang
dilaksanakannya itu tidak pantas untuk dipuji secara syariat karena di dalamnya
mengandung unsur memaksakan diri dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam,
sementara Islam melarang akan hal tersebut sebagaimana yang ditunjukkan pada
hadis sebelumnya.[22]
Keterangan ini menunjukkan bahwa di dalam agama
sekalipun terkandung nilai-nilai toleransi, kemudahan, keramahan, dan
kerahmatan yang sejalan dengan keuniversalannya sehingga menjadi agama yang
relevan pada setiap tempat dan zaman bagi setiap kelompok masyarakat dan umat
manusia.
Terdapat banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan
bahwa Islam adalah agama yang sarat dengan kemudahan di antaranya adalah firman
Allah swt:
---هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
---
[Dia telah memilih kamu. Dan dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan].[23]
Pada ayat lain Allah berfirman :
---يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
---
Selanjutnya, di dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda :
"هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ" قَالَهَا ثَلَاثً
Kata "al-Mutanatti'un"
adalah orang-orang yang berlebihan dan me-lampaui batas dalam menjelaskan
dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.[26] Al-Qâdi ‘Iyad mengatakan bahwa, maksud dari
kehancuran mereka adalah di akhirat.[27] Hadis ini merupakan peringatan untuk menghindari sifat keras dan
berlebihan dalam melaksanakan ajaran agama.[28]
Toleransi dalam Islam
bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis dalam toleransi
beragama merupakan dan kesalahan dalam memahami arti tasâmuh yang
berarti menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan
yang batil (talbisu al-haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis adalah
sikap yang menganggap semua agama sama. Sementara sikap toleransi dalam Islam
adalah sikap menghargai dan menghormati keyakinan dan agama lain di luar Islam,
bukan menyamakan atau mensederajatkannya dengan keyakinan Islam itu sendiri.
Pada ayat ini terdapat perintah
untuk mengajak para ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani untuk menyembah
kepada Tuhan yang tunggal dan tidak mempertuhankan manusia tanpa paksaan dan
kekerasan sebab dalam dakwah Islam tidak mengenal paksaan untuk beriman
sebagaimana Allah swt. berfirman:
لآإِكْرَاهَ فِيْ الدِّيْنِ
Dalam beberapa riwayat diketahui Rasulullah saw. Juga
mendoakan agar Allah swt. memberikan kepada mereka (kaum musyrik) hidayah untuk
beriman kepada-Nya dan kepada
risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw. Diantara riwayat-riwayat tersebut
adalah kisah qabilah Daus yang menolak dakwah Islam yang disampaikan oleh
Tufail bin Amr ad-Dausi, kemudian sampai hal ini kepada Rasulullah saw.,
lalu beliau berdo'a :
"اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَأْتِ بِهِمْ"
Berdasarkan riwayat di atas, maka benarlah bahwa
Rasulullah saw. diutus menjadi rahmat bagi seluruh alam. Beliau tidak
tergesa-gesa mendoakan mereka (orang kafir) dalam kehancuran, selama masih
terdapat kemungkinan diantara mereka untuk menerima dakwah Islam, sebab beliau
masih mengharapkannya masuk Islam. Adapun kepada mereka yang telah sampai
dakwah selama beberapa tahun lamanya, tetapi tidak terdapat tanda-tanda
kenginan untuk menerima dakwah Islam dan dikhawatirkan bahaya yang besar akan
datang dari mereka seperti pembesar kaum musyrik Quraisy (Abu Jahal dan Abu
Lahab dkk), barulah Rasulullah mendoakan kehancuran atas nama mereka.[32]
Sikap Rasululullah saw
yang mendoakan dan mengharapkan orang-orang musyrik supaya menjadi bagian
umat Islam, menguatkan bahwa Rasulullah saw. diutus membawa misi
toleransi, sebagaimana sabda beliau;
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ بِالْيَهُودِيَّةِ وَلاَ بِالنَّصْرَانِيَّةِ وَلَكِنِّي
بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ
[33]
[Maka Rasulullah saw
bersabda, “sesungguhnya aku tidak diutus untuk orang-orang Yahudi dan Nasrani,
akan tetapi aku diutus untuk orang-orang yang lurus terpuji.”]
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Jadi dengan dibuatnya makalah ini diharapkya
bertoleransi antar sesama, baik dari hal agama maupun dalam hal lain.
Hal ini dibutuhkan untuk menciptakan
kehidupan yang tentram, sehingga diperlukan kesediaan pada setiap individu
manusia untuk selalu menanamkan sikap toleransi dalam beragama.kerukunan umat
bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi,
saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan
pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan
bernegara.
a) Tuhan yang disembah Nabi Muhammad SAW. dan
pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
b) Toleransi yang dibenarkan adalah
masing-masing umat beragama saling menghormati, tidak mengganggu dan tidak
memaksakan agama kepada orang lain.
c) Sikap Manusia terhadap kebenaraan Al-Qur’an
ada dua, yakni kelompok Manusia yang percaya terhadap kebenaran Al-Qur’an, dan
Kelompok Manusia yang tidak percaya terhadap kebenaran Al-Qur’an
3.2
USUL DAN SARAN
Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita
cari atau yang kita bicarakan, tapi persamaanlah yang seharusnya kita cari
karena dari persamaanlah hidup ini akan saling menghargai, menghormati dan
selaras. Lewat persamaan kita bisa jalin persaudaraan dan mempererat tali
silahturahi, denga begitu aka tercpta kerukunan dengan sendirinya.
Hendaknya toleransi
disikapi dengan sebaik-baiknya dan tidak mengikuti kabar yang beredar tanpa
mengetahui ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA
http://haryayaya.wordpress.com/2011/10/30/toleransi-dalam-beragama/http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=499
http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/05/toleransi-dalam-perspektif-hadis-nabi.html
terimakasih.. :) makalah ini sangat membantu kelompok kami.. :)
BalasHapusizin copas min
BalasHapus