Minggu, 08 Maret 2015

Makalah Toleransi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah.
Belakangan ini, agama adalah sebuahnama yang terkesan membuat gentar, menakutkan, dan mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering tampil dengan wajah kekerasan. Dalam beberapa tahun terakhr banyak muncul konflik, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan yang cenderung anakronostik memang sangat berpotensi untuk memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga menimbulkan berbagai macam konflik.
Fenomena yang juga terjadi saat ini adalah muncul dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa ama agama (mengatasnamakan agama) sehingga realitas kehidupan beragama yang muncul adalah saling curiga mencurigai, saling tidak percaya, dan hidup dalam ketidak harmonisan.
Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan masuk dalam kerangka system teologi Islam sejatinya harus dikaji secara mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
1.2  Rumusan Masalah
·         Bagaimana isi kandungan surat yunus ayat 40-41
·         Bagaimana tentang toleransi  dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia
·         Bagaimana isi kandungan surat Al Maidah ayat 32
·         Bagaimana menelaah kembali surat Al Maidah ayat 32 sebagai salah satu Surat yang membahas tentang  cara menghindarkan diri dari tindakan kekerasan

1.3 Tujuan
·         Untuk mengetahui isi kandungan surat yunus ayat 40-41 dan Al-Maidah 32
·         Menelaah kembali surat yunus ayat 40-41 dan Al – Maidah 32 sebagai salah satu Surat yang membahas tentang toleransi.
·         Untuk mengetahui pelajaran yang terkandung dalam surat yunus ayat 40-41 dan Al – Maidah 32.
·          Sebagai salah satu tugas mata pelajaran Agama di SMA Negeri 1 Campurdarat

























BAB II
KAJIAN TEORI


2.1 Q.S YUNUS (10) AYAT 40 DAN 41
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpVKmWfDlHFFlDaf_9NNCl_LYAiSXrZ_sISZgYHWlh7FL3WfzteclTsqRnqHvnPRiclRgQiued3Zyn85BCmF268KQldLS_6AxAFb7VMvKZvncbbsbq2__Uwt2jCIqDPhERJ-NgLBHAzCk/s640/preview_html_7e003dca.png
Artinya :
                Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”. ( QS Yunus 40-41 )
Dalam ayat 40 ini, Allah SWT menjelaskan bahwa orang yang pernah menerima seruan dakwah Nabi Muhammad, ada orang-orang yang berIman kepada Al-Qur’an dan mengikutinya serta memperoleh manfaat dari risalah yang di sampaikannya. Tapi ada juga yang tidak beriman kepada nabi Muhammad, mereka mati dalam kekafiran.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar.
ISI KANDUNGAN SURAH YUNUS AYAT 40-41
1.      Ada golongan umat manusia yang beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman kepada Al-Qur'an.
2.      Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada Allah SWT dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT.
3.      Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah SWT yang terakhir adalah Nabi Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci yang harus dijadikan pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.
    
Umat Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik ataupun buruk diketahui oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul dosanya sendiri-sendiri.

2.2 Q.S AL-MAIDAH AYAT 32
surah / surat : Al-Maidah Ayat : 32


مِنۡ اَجۡلِ ذٰ لِكَ‌ ۛؔ ۚ كَتَبۡنَا عَلٰى بَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ اَنَّهٗ مَنۡ قَتَلَ نَفۡسًۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ اَوۡ فَسَادٍ فِى الۡاَرۡضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيۡعًا ؕ وَمَنۡ اَحۡيَاهَا فَكَاَنَّمَاۤ اَحۡيَا النَّاسَ جَمِيۡعًا ‌ؕ وَلَـقَدۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا بِالۡبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيۡرًا مِّنۡهُمۡ بَعۡدَ ذٰ لِكَ فِى الۡاَرۡضِ لَمُسۡرِفُوۡنَ‏ ﴿۳۲﴾

ARTINYA :
Dengan sebab (kisah pembunuhan kejam) yang demikian itu Kami tetapkan atas Bani Isra`il, bahawasanya sesiapa yang membunuh seorang manusia dengan tiada alasan yang membolehkan membunuh orang itu, atau (kerana) melakukan kerosakan di muka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh manusia semuanya dan sesiapa yang menjaga keselamatan hidup seorang manusia, maka seolah-olah dia telah menjaga keselamatan hidup manusia semuanya. Dan demi sesungguhnya, telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan yang cukup terang kemudian, sesungguhnya kebanyakan dari mereka sesudah itu, sungguh-sungguh menjadi orang-orang yang melampaui batas (melakuan kerosakan) di muka bumi.

Ayat tadi terdapat  tiga  pelajaran yang dapat dipetik:‎
a.       Nasib manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata  rantai yang saling berhubungan.  Karena itu,  terputusnya sebuah mata  rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
b.      Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat, merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi eksekusi terhadap seorang pembunuh  dalam rangka  qishash merupakan sumber kehidupan masyarakat.
Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti para dokter dan perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau menyelamatkan orang yang sakit dari kematian, bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat dari kehancuran

2.3 Hadis yang Terkait
Dalam hadis Rasulullah saw. ternyata cukup banyak ditemukan hadis-hadis yang memberikan perhatian secara verbal tentang toleransi sebagai karakter ajaran inti Islam.  Hal ini tentu menjadi pendorong yang kuat untuk menelusuri ajaran toleransi dalam Alquran, sebab apa yang disampaikan dalam hadis merupakan manifestasi dari apa yang disampaikan dalam Alquran.
Di dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau bersabda :
حَدَّثَنِا عبد الله حدثنى أبى حدثنى يَزِيدُ قَالَ أنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ.[13]
[Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)]"
Ibn Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini, beliau berkata: Hadis ini di riwayatkan oleh Al-Bukhari pada kitab Iman, Bab Agama itu Mudahdi dalam sahihnya secara mu'allaq dengan tidak menyebutkan sanadnya karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis sahih menurut Imam al-Bukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya secara lengkap dalam al-Adâb al-Mufrad  yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn Abbas dengan sanad yang hasan.[14] Sementara Syekh Nasiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang kedudukannya adalah hasan lighairih.”[15]
Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang toleran dalam berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah maupun syariah, akan tetapi toleransi dalam Islam lebih dititikberatkan pada wilayah mua’malah. Rasulullah saw. bersabda :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاشٍ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى.[16]
[Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Ayyasy telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan Muhammad bin Mutarrif berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad bin al-Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli,  dan ketika memutuskan perkara"].
Imam al-Bukhari memberikan makna pada kata ‘as-samâhah’ dalam hadis ini dengan kata kemudahan, yaitu pada Bab Kemudahan dan Toleransi dalam Jual-Beli.[17] Sementara Ibn Hajar al-‘Asqalâni ketika mengomentari hadis ini beliau berkata: "Hadis ini menunjukkan anjuran untuk toleransi dalam interaksi sosial dan menggunakan akhlak mulia dan budi yang luhur dengan meninggalkan kekikiran terhadap diri sendiri, selain itu juga menganjurkan untuk tidak mempersulit manusia dalam mengambil hak-hak mereka serta menerima maaf dari mereka.[18]
Islam sejak diturunkan berlandaskan pada asas kemudahan, sebagai-mana Rasulullah saw. bersabda :
حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلاَمِ بْنُ مُطَهَّرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ مَعْنِ بْنِ مُحَمَّدٍ الْغِفَارِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ.[19]
[Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Muthahhar berkata, telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dari Ma'an bin Muhammad Al Ghifari dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, men-dekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolong-lah dengan al-ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat di waktu malam)"].
Ibn Hajar al-Asqalâni berkata bahwa makna hadis ini adalah larangan bersikap tasyaddud (keras) dalam agama yaitu ketika seseorang memaksa-kan diri dalam melakukan ibadah sementara ia tidak mampu melaksana-kannya itulah maksud dari kata : "Dan sama sekali tidak seseorang berlaku keras dalam agama kecuali akan terkalahkan" artinya bahwa agama tidak dilaksanakan dalam bentuk pemaksaan maka barang siapa yang memaksakan atau berlaku keras dalam agama, maka agama akan mengalahkannya dan menghentikan tindakannya.[20]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. datang kepada ‘Aisyah ra., pada waktu itu terdapat seorang wanita bersama ‘Aisyah ra., wanita tersebut memberitahukan kepada Rasulullah saw. perihal salatnya, kemudian Rasulullah saw. bersabda :
مَهْ، عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ لَا يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَادَامَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ
["Hentikan, Kerjakan apa yang sanggup kalian kerjakan, dan demi Allah sesungguhnya Allah tidak bosan hingga kalian bosan, dan Agama yang paling dicintai disisi-Nya adalah yang dilaksanakan oleh pemeluknya secara konsisten"].[21]
Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak memuji amalan-amalan yang dilaksanakan oleh wanita tersebut, dimana wanita itu menberitahukan kepada Rasulullah saw. tentang salat malamnya yang membuatnya tidak tidur pada malam hari hanya bertujuan untuk mengerja-kannya, hal ini ditunjukkan ketika Rasulullah saw. memerintahkan kepada ‘Aisyah ra. untuk menghentikan cerita sang wanita, sebab amalan yang dilaksanakannya itu tidak pantas untuk dipuji secara syariat karena di dalamnya mengandung unsur memaksakan diri dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam, sementara Islam melarang akan hal tersebut sebagaimana yang ditunjukkan pada hadis sebelumnya.[22]
Keterangan ini menunjukkan bahwa di dalam agama sekalipun terkandung nilai-nilai toleransi, kemudahan, keramahan, dan kerahmatan yang sejalan dengan keuniversalannya sehingga menjadi agama yang relevan pada setiap tempat dan zaman bagi setiap kelompok masyarakat dan umat manusia.
Terdapat banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang sarat dengan kemudahan di antaranya adalah firman Allah swt:
 ---هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ---
[Dia telah memilih kamu. Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan].[23]
Pada ayat lain Allah berfirman :
 ---يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ---
[Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu].[24]
Selanjutnya,  di dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda :
"هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ" قَالَهَا ثَلَاثً
["Kehancuran bagi mereka yang melampaui batas" diulangi sebanyak tiga kali].[25]
Kata "al-Mutanatti'un" adalah orang-orang yang berlebihan dan me-lampaui batas dalam menjelaskan dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.[26] Al-Qâdi Iyad mengatakan bahwa, maksud dari kehancuran mereka adalah di akhirat.[27] Hadis ini merupakan peringatan untuk menghindari sifat keras dan berlebihan dalam melaksanakan ajaran agama.[28]
Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis dalam toleransi beragama merupakan dan kesalahan dalam memahami arti tasâmuh yang berarti menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan yang batil (talbisu al-haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis adalah sikap yang menganggap semua agama sama. Sementara sikap toleransi dalam Islam adalah sikap menghargai dan menghormati keyakinan dan agama lain di luar Islam, bukan menyamakan atau mensederajatkannya dengan keyakinan Islam itu sendiri.
Pada ayat ini terdapat perintah untuk mengajak para ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani untuk menyembah kepada Tuhan yang tunggal dan tidak mempertuhankan manusia tanpa paksaan dan kekerasan sebab dalam dakwah Islam tidak mengenal paksaan untuk beriman sebagaimana Allah swt. berfirman:
لآإِكْرَاهَ فِيْ الدِّيْنِ
[Tidak ada paksaan dalam beragama][30]
Dalam beberapa riwayat diketahui Rasulullah saw. Juga mendoakan agar Allah swt. memberikan kepada mereka (kaum musyrik) hidayah untuk beriman kepada-Nya dan kepada risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw. Diantara riwayat-riwayat tersebut adalah kisah qabilah Daus yang menolak dakwah Islam yang disampaikan oleh Tufail bin Amr ad-Dausi, kemudian sampai hal ini kepada Rasulullah saw.,  lalu beliau berdo'a :
 "اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَأْتِ بِهِمْ"
[Ya Allah, tunjukilah qabilah Daus hidayah dan berikan hal itu kepada mereka].[31]

Berdasarkan riwayat di atas, maka benarlah bahwa Rasulullah saw. diutus menjadi rahmat bagi seluruh alam. Beliau tidak tergesa-gesa mendoakan mereka (orang kafir) dalam kehancuran, selama masih terdapat kemungkinan diantara mereka untuk menerima dakwah Islam, sebab beliau masih mengharapkannya masuk Islam. Adapun kepada mereka yang telah sampai  dakwah selama beberapa tahun lamanya, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kenginan untuk menerima dakwah Islam dan dikhawatirkan bahaya yang besar akan datang dari mereka seperti pembesar kaum musyrik Quraisy (Abu Jahal dan Abu Lahab dkk), barulah Rasulullah mendoakan kehancuran atas nama mereka.[32]
Sikap Rasululullah saw yang  mendoakan dan mengharapkan orang-orang musyrik supaya menjadi bagian umat Islam, menguatkan bahwa Rasulullah saw.  diutus membawa misi toleransi, sebagaimana sabda beliau;
 فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ بِالْيَهُودِيَّةِ وَلاَ بِالنَّصْرَانِيَّةِ وَلَكِنِّي بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ  [33]
[Maka Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya aku tidak diutus untuk orang-orang Yahudi dan Nasrani, akan tetapi aku diutus untuk orang-orang yang lurus terpuji.”]













BAB III
PEMBAHASAN
3.1 ISI
Pengertian Toleransi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
3.2 Hikmah
Mengajak untuk melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan tanpa saling mengganggu. Rasulullah saw tidak akan menyembah Tuhan orang-orang kafir (berhala) kecuali tuhan kaum beriman dan maha pengasih lagi maha penyayang. Rasullullah saw dan kaum mukmin tidak akan beribadah seperti ibadahnya orang kafir yang bercampur dengan syirik, yaitu memuja patung atau berhala dan menganggap mereka dapat memberikan perlindungan atau kekuatan kepada orang kafir tersebut. Tidak boleh saling memaksa untuk mengikuti suatu agama.
Allah mengajarkan kita untuk bertoleransikepada orang yang tidak mau beriman atau yang berbeda keyakinan. Semua amal perbuatan manusia, masing-masing tidak akan mempengaruhi satu sama lainnya, karena akan dirasakan secara individu akibat baik dan buruknya dengan prinsip “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu”
Kebenaran (akhlak, yakni sesuatu yang mantap dan tidak mengalami perubahan) milik Allah adalah harga mati karena sumbernya hanya Allah swt. Siapapun dipersilakan untuk menerima (beriman) atau menolak (kafir) dengan kebenaran tersebut. Allah swt tidak akan merasa rugi dengan kekafiran itu, karena justru kerugian akan menimpa orang yang kafir, mereka termasuk orang yang menganiaya diri mereka sendiri.
Mengidentifikasi Perilaku Toleransi dan Membiasakan Perilaku Bertoleransi
a. Identifikasi perilaku bertoleransi
1.      Setiap muslim harus bersikap tegas dalam mempertahankan akidah dan keyakinannya sebagai muslim.
2.      Sikap tegas harus disampaikan dengan cara yang baik agar tidak menyinggung perasaan orang lain yang berbeda
3.      Tidak mau berkompromi dalam hal akidah dan keyakinan dengan dalih dan alas an apapun.
4.      bersikap saling menghormati dan menghargai terhadap sesama, meskipun terdapat perbedaan.
5.      Di dunia ini selalu ada perbedaan, ada orang yang beriman ada orang yang tidak beriman.
6.      Tidak saling mengganggu dan merendahkan satu sama lain.
7.      Umat islam harus berpegang teguh kepada kebenaran yang hakiki, yakni kebenaran dari allah swt.
b. Menunjukkan perilaku bertoleransi
1.      Tidak mengganggu orang lain yang berbeda agama dan keyakinan.
2.      Tidak menerima bujuk rayu dari orang lain yang berbeda agama.
3.      Menganggap orang lain sebagai saudara meskipun berbeda agama dan keyakinan.
4.      Selalu bersikap hormat dan menghargai orang lain yang berbeda keyakinan, menghindari sikap permusuhan dan kebencian terhadap orang lain.
5.      Menghindari sikap egois, sombong dan angkuh yang dapat membuat orang lain tersinggung.
6.      Selalu waspada terhadap orang lain yang bermaksud menghancurkan akidah.
7.      Bersikap teguh pendirian dalam menegakkan kebenaran sesuai yang dianjurkan agama Islam.
8.      Selalu mempertebal keimanan.
Manfaat adanya toleransi dalam beragama
1.            Menjadikan lingkungan masyarakat rukun meskipun berbeda keyakinan
2.            menumbuhkan rasa saling menghargai antara agama sesuai kepecayaan yang di anut.
3.            agar selain kita mempunyai hubungan baik dengan Allah SWT tetapi juga hubungan yang antar sesama manusia. Salah satu contohn menumbuhkan sikap hormat menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta suasana yang tenang.
Contoh pelaksanaan toleransi antara umat beragama dapat kita lihat seperti:
a.       membangun jembatan.
b.      memperbaiki tempat-tempat umum.
c.       membantu orang yang kena musibah banjir.
d.      membantu korban kecelakaan lalu-lintas.damai dan tenteram dalam kehidupan beragama termasuk dalam melaksanakan ibadat
3.3 Hukum Bacaan Q.S Yunus 40-41 dan Al-Maidah 32
Yunus 40-41
Tajwid :
مِنهُم = izhar (karena nun mati bertemu dengan huruf ta)
لاَّ مَّن = idĝam bilagunnah (karena nun mati bertemu dengan huruf lam)
كَذَّبُوكَ وَإِن = ikhfa (karena nun mati bertemu dengan huruf kaf)
بَرِيءٌ = mad wajib muttasil (karena mad menghadapi huruf hamzah dalam satu kalimat)
تَعْمَلُونَ = mad arid (karena adanya huruf mad bertemu huruf mati berhenti /waqaf dalam
Al –Maidah ayah 32
idhar, qoloqolah sughra, mad jaiz munfasil, mad wajib muttashil, mas thobi'i, ikhfa, iqlab, alif lam qomariyah, alif lam syamsiyah,

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Jadi dengan dibuatnya makalah ini diharapkya bertoleransi antar sesama, baik dari hal agama maupun dalam hal lain.
Hal ini dibutuhkan untuk menciptakan kehidupan yang tentram, sehingga diperlukan kesediaan pada setiap individu manusia untuk selalu menanamkan sikap toleransi dalam beragama.
Demikian semestinya toleransi beragama itu diterapkan dimasyarakat Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam. Tidak sepantasnya kaum muslimin lalai dari segenap prinsip dan patokan agamanya dalam bertoleransi. Karen kaum muslimin akan ditunggangi oelh musuh-musuhnya bila melalaikan prinsip-prinsip tersebut.

a)      Tuhan yang disembah Nabi Muhammad SAW. dan pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
b)      Toleransi yang dibenarkan adalah masing-masing umat beragama saling menghormati, tidak mengganggu dan tidak memaksakan agama kepada orang lain.
c)      Sikap Manusia terhadap kebenaraan Al-Qur’an ada dua, yakni kelompok Manusia yang percaya terhadap kebenaran Al-Qur’an, dan Kelompok  Manusia yang tidak percaya terhadap kebenaran Al-Qur’an

4.2 USUL DAN SARAN

Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari atau yang kita bicarakan, tapi persamaanlah yang seharusnya kita cari karena dari persamaanlah hidup ini akan saling menghargai, menghormati dan selaras. Lewat persamaan kita bisa jalin persaudaraan dan mempererat tali silahturahi, denga begitu aka  tercpta kerukunan dengan sendirinya.
Hendaknya toleransi disikapi dengan sebaik-baiknya dan tidak mengikuti kabar yang beredar tanpa mengetahui ilmunya.


DAFTAR PUSTAKA

http://hariandzul.blogspot.com/2010/08/makalah-surat-al-kaafirun-dan-surat.html
beragama/http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=499
http://haryayaya.wordpress.com/2011/10/30/toleransi-dalam-beragama/
http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/05/toleransi-dalam-perspektif-hadis-nabi.html



2 komentar: