BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah.
Belakangan
ini, agama adalah sebuahnama yang terkesan membuat gentar, menakutkan, dan
mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering tampil dengan wajah
kekerasan. Dalam beberapa tahun terakhr banyak muncul konflik, intoleransi, dan
kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan yang cenderung
anakronostik memang sangat berpotensi untuk memecah belah dan saling klaim
kebenaran sehingga menimbulkan berbagai macam konflik.
Fenomena yang juga terjadi saat ini
adalah muncul dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa ama agama
(mengatasnamakan agama) sehingga realitas kehidupan beragama yang muncul adalah
saling curiga mencurigai, saling tidak percaya, dan hidup dalam ketidak
harmonisan.
Toleransi yang merupakan bagian dari
visi teologi atau akidah Islam dan masuk dalam kerangka system teologi Islam
sejatinya harus dikaji secara mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan
beragama karena ia adalah suatu keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dan
merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat
beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik.
Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi
adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang
mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi
dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman
yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
1.2
Rumusan Masalah
·
Bagaimana isi kandungan surat yunus ayat
40-41
·
Bagaimana tentang toleransi dan kerukunan antar umat beragama di
Indonesia
·
Bagaimana isi kandungan surat Al Maidah ayat
32
·
Bagaimana menelaah kembali surat Al Maidah
ayat 32 sebagai salah satu Surat yang membahas tentang cara menghindarkan diri dari tindakan
kekerasan
1.3
Tujuan
·
Untuk
mengetahui isi kandungan surat yunus ayat 40-41 dan Al-Maidah 32
·
Menelaah
kembali surat yunus ayat 40-41 dan Al – Maidah 32 sebagai salah satu Surat yang
membahas tentang toleransi.
·
Untuk mengetahui
pelajaran yang terkandung dalam surat yunus ayat 40-41 dan Al – Maidah 32.
·
Sebagai salah satu tugas mata pelajaran Agama
di SMA Negeri 1 Campurdarat
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Q.S YUNUS (10) AYAT 40 DAN 41
Artinya :
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di antaranya
ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui
tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka
katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri
terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu
kerjakan”. ( QS Yunus 40-41 )
Dalam ayat 40 ini, Allah
SWT menjelaskan bahwa orang yang pernah menerima seruan dakwah Nabi Muhammad,
ada orang-orang yang berIman kepada Al-Qur’an dan mengikutinya serta memperoleh
manfaat dari risalah yang di sampaikannya. Tapi ada juga yang tidak beriman
kepada nabi Muhammad, mereka mati dalam kekafiran.
Pada ayat yang ke 41
surat Yunus, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara
manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain
memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar.
ISI KANDUNGAN SURAH YUNUS
AYAT 40-41
1.
Ada golongan umat manusia yang beriman
terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman kepada Al-Qur'an.
2.
Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku
orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada Allah SWT dan orang-orang yang
tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT.
3.
Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT
(umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah SWT yang terakhir adalah Nabi
Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci yang harus dijadikan pedoman hidup
umat manusia sampai akhir zaman.
Umat
Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik ataupun buruk
diketahui oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul dosanya
sendiri-sendiri.
2.2 Q.S AL-MAIDAH AYAT 32
|
||
مِنۡ
اَجۡلِ ذٰ لِكَ ۛؔ ۚ كَتَبۡنَا عَلٰى بَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ اَنَّهٗ مَنۡ
قَتَلَ نَفۡسًۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ اَوۡ فَسَادٍ فِى الۡاَرۡضِ فَكَاَنَّمَا
قَتَلَ النَّاسَ جَمِيۡعًا ؕ وَمَنۡ اَحۡيَاهَا فَكَاَنَّمَاۤ اَحۡيَا النَّاسَ
جَمِيۡعًا ؕ وَلَـقَدۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا بِالۡبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ
كَثِيۡرًا مِّنۡهُمۡ بَعۡدَ ذٰ لِكَ فِى الۡاَرۡضِ لَمُسۡرِفُوۡنَ ﴿۳۲﴾
|
ARTINYA
:
Dengan sebab (kisah pembunuhan kejam) yang demikian itu
Kami tetapkan atas Bani Isra`il, bahawasanya sesiapa yang membunuh seorang
manusia dengan tiada alasan yang membolehkan membunuh orang itu, atau (kerana)
melakukan kerosakan di muka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh manusia
semuanya dan sesiapa yang menjaga keselamatan hidup seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah menjaga keselamatan hidup manusia semuanya. Dan demi
sesungguhnya, telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan membawa
keterangan yang cukup terang kemudian, sesungguhnya kebanyakan dari mereka
sesudah itu, sungguh-sungguh menjadi orang-orang yang melampaui batas (melakuan
kerosakan) di muka bumi.
Ayat tadi terdapat tiga pelajaran
yang dapat dipetik:
a.
Nasib manusia sepanjang sejarah memiliki
kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai yang
saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah mata
rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
b.
Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan
mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat, merupakan pemusnahan
sebuah masyarakat, tetapi eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam
rangka qishash merupakan sumber kehidupan masyarakat.
Mereka yang memiliki
pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti para
dokter dan perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau
menyelamatkan orang yang sakit dari kematian, bagaikan menyelamatkan sebuah
masyarakat dari kehancuran
2.3 Hadis yang Terkait
Dalam hadis Rasulullah saw. ternyata cukup banyak
ditemukan hadis-hadis yang memberikan perhatian secara verbal tentang toleransi
sebagai karakter ajaran inti Islam. Hal ini tentu menjadi pendorong yang
kuat untuk menelusuri ajaran toleransi dalam Alquran, sebab apa yang
disampaikan dalam hadis merupakan manifestasi dari apa yang disampaikan dalam
Alquran.
Di dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau
bersabda :
حَدَّثَنِا عبد الله حدثنى أبى حدثنى يَزِيدُ قَالَ أنا مُحَمَّدُ بْنُ
إِسْحَاقَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ
اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ.[13]
[Telah
menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad
bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata;
Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh
Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang
lurus lagi toleran)]"
Ibn Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini,
beliau berkata: “Hadis ini di riwayatkan oleh Al-Bukhari pada kitab Iman, Bab Agama itu Mudah” di dalam sahihnya secara mu'allaq dengan tidak menyebutkan sanadnya
karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis sahih menurut Imam
al-Bukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya secara lengkap dalam al-Adâb al-Mufrad yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas dengan sanad yang hasan.[14] Sementara Syekh
Nasiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang kedudukannya
adalah hasan lighairih.”[15]
Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa
Islam adalah agama yang toleran dalam berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah
maupun syariah, akan tetapi toleransi dalam Islam lebih dititikberatkan pada
wilayah mua’malah. Rasulullah saw. bersabda :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاشٍ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ مُحَمَّدُ
بْنُ مُطَرِّفٍ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا
اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى.[16]
[Telah
menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Ayyasy telah menceritakan kepada kami Abu
Ghassan Muhammad bin Mutarrif berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad
bin al-Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli,
dan ketika memutuskan perkara"].
Imam al-Bukhari memberikan makna pada kata ‘as-samâhah’
dalam hadis ini dengan kata kemudahan, yaitu pada “Bab Kemudahan dan Toleransi dalam Jual-Beli”.[17] Sementara Ibn Hajar
al-‘Asqalâni ketika mengomentari hadis ini beliau berkata: "Hadis ini
menunjukkan anjuran untuk toleransi dalam interaksi sosial dan menggunakan
akhlak mulia dan budi yang luhur dengan meninggalkan kekikiran terhadap diri
sendiri, selain itu juga menganjurkan untuk tidak mempersulit manusia dalam
mengambil hak-hak mereka serta menerima maaf dari mereka.[18]
Islam sejak diturunkan berlandaskan pada asas
kemudahan, sebagai-mana Rasulullah saw. bersabda :
حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلاَمِ بْنُ مُطَهَّرٍ
قَالَ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ مَعْنِ بْنِ مُحَمَّدٍ الْغِفَارِيِّ
عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ
يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ.[19]
[Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam
bin Muthahhar berkata, telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dari Ma'an
bin Muhammad Al Ghifari dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya agama itu
mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan
(semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, men-dekatlah (kepada yang benar) dan berilah
kabar gembira dan minta tolong-lah dengan al-ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah
(berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat di
waktu malam)"].
Ibn Hajar al-‘Asqalâni berkata bahwa makna
hadis ini adalah larangan bersikap tasyaddud (keras) dalam agama yaitu
ketika seseorang memaksa-kan diri dalam melakukan ibadah sementara ia tidak
mampu melaksana-kannya itulah maksud dari kata : "Dan sama sekali tidak
seseorang berlaku keras dalam agama kecuali akan terkalahkan" artinya
bahwa agama tidak dilaksanakan dalam bentuk pemaksaan maka barang siapa yang
memaksakan atau berlaku keras dalam agama, maka agama akan mengalahkannya dan
menghentikan tindakannya.[20]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika
Rasulullah saw. datang kepada ‘Aisyah ra., pada waktu itu terdapat seorang
wanita bersama ‘Aisyah ra., wanita tersebut memberitahukan kepada Rasulullah
saw. perihal salatnya, kemudian Rasulullah saw. bersabda :
مَهْ، عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ
لَا يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَادَامَ
عَلَيْهِ صَاحِبُهُ
["Hentikan, Kerjakan apa yang sanggup kalian
kerjakan, dan demi Allah sesungguhnya Allah tidak bosan hingga kalian bosan,
dan Agama yang paling dicintai disisi-Nya adalah yang dilaksanakan oleh
pemeluknya secara konsisten"].[21]
Hadis ini menunjukkan
bahwa Rasulullah saw. tidak memuji amalan-amalan yang dilaksanakan oleh wanita
tersebut, dimana wanita itu menberitahukan kepada Rasulullah saw. tentang salat
malamnya yang membuatnya tidak tidur pada malam hari hanya bertujuan untuk
mengerja-kannya, hal ini ditunjukkan ketika Rasulullah saw. memerintahkan
kepada ‘Aisyah ra. untuk menghentikan cerita sang wanita, sebab amalan yang
dilaksanakannya itu tidak pantas untuk dipuji secara syariat karena di dalamnya
mengandung unsur memaksakan diri dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam,
sementara Islam melarang akan hal tersebut sebagaimana yang ditunjukkan pada
hadis sebelumnya.[22]
Keterangan ini menunjukkan bahwa di dalam agama
sekalipun terkandung nilai-nilai toleransi, kemudahan, keramahan, dan
kerahmatan yang sejalan dengan keuniversalannya sehingga menjadi agama yang
relevan pada setiap tempat dan zaman bagi setiap kelompok masyarakat dan umat
manusia.
Terdapat banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan
bahwa Islam adalah agama yang sarat dengan kemudahan di antaranya adalah firman
Allah swt:
---هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
---
[Dia telah memilih kamu. Dan dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan].[23]
Pada ayat lain Allah berfirman :
---يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
---
Selanjutnya, di dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda :
"هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ" قَالَهَا ثَلَاثً
Kata "al-Mutanatti'un"
adalah orang-orang yang berlebihan dan me-lampaui batas dalam menjelaskan
dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.[26] Al-Qâdi ‘Iyad mengatakan bahwa, maksud dari
kehancuran mereka adalah di akhirat.[27] Hadis ini merupakan peringatan untuk menghindari sifat keras dan
berlebihan dalam melaksanakan ajaran agama.[28]
Toleransi dalam Islam
bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis dalam toleransi
beragama merupakan dan kesalahan dalam memahami arti tasâmuh yang
berarti menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan
yang batil (talbisu al-haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis adalah
sikap yang menganggap semua agama sama. Sementara sikap toleransi dalam Islam
adalah sikap menghargai dan menghormati keyakinan dan agama lain di luar Islam,
bukan menyamakan atau mensederajatkannya dengan keyakinan Islam itu sendiri.
Pada ayat ini terdapat
perintah untuk mengajak para ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani untuk
menyembah kepada Tuhan yang tunggal dan tidak mempertuhankan manusia tanpa
paksaan dan kekerasan sebab dalam dakwah Islam tidak mengenal paksaan untuk
beriman sebagaimana Allah swt. berfirman:
لآإِكْرَاهَ فِيْ الدِّيْنِ
Dalam beberapa riwayat diketahui Rasulullah saw. Juga
mendoakan agar Allah swt. memberikan kepada mereka (kaum musyrik) hidayah untuk
beriman kepada-Nya dan kepada
risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw. Diantara riwayat-riwayat tersebut
adalah kisah qabilah Daus yang menolak dakwah Islam yang disampaikan oleh
Tufail bin Amr ad-Dausi, kemudian sampai hal ini kepada Rasulullah saw.,
lalu beliau berdo'a :
"اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَأْتِ بِهِمْ"
Berdasarkan riwayat di atas, maka benarlah bahwa
Rasulullah saw. diutus menjadi rahmat bagi seluruh alam. Beliau tidak
tergesa-gesa mendoakan mereka (orang kafir) dalam kehancuran, selama masih
terdapat kemungkinan diantara mereka untuk menerima dakwah Islam, sebab beliau
masih mengharapkannya masuk Islam. Adapun kepada mereka yang telah sampai
dakwah selama beberapa tahun lamanya, tetapi tidak terdapat tanda-tanda
kenginan untuk menerima dakwah Islam dan dikhawatirkan bahaya yang besar akan
datang dari mereka seperti pembesar kaum musyrik Quraisy (Abu Jahal dan Abu
Lahab dkk), barulah Rasulullah mendoakan kehancuran atas nama mereka.[32]
Sikap Rasululullah saw
yang mendoakan dan mengharapkan orang-orang musyrik supaya menjadi bagian
umat Islam, menguatkan bahwa Rasulullah saw. diutus membawa misi
toleransi, sebagaimana sabda beliau;
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ بِالْيَهُودِيَّةِ وَلاَ بِالنَّصْرَانِيَّةِ وَلَكِنِّي
بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ
[33]
[Maka Rasulullah saw
bersabda, “sesungguhnya aku tidak diutus untuk orang-orang Yahudi dan Nasrani,
akan tetapi aku diutus untuk orang-orang yang lurus terpuji.”]
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
ISI
Pengertian Toleransi
Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab:
tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih
diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan
emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology),
toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang
berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Pengertian toleransi
secara luas adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari
aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang
lain lakukan.
Contohnya adalah toleransi
beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan
keberadaan agama-agama lainnya.
Jadi, toleransi beragama adalah
ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan
agama atau system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
3.2 Hikmah
Mengajak
untuk melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan tanpa saling mengganggu.
Rasulullah saw tidak akan menyembah Tuhan orang-orang kafir (berhala) kecuali
tuhan kaum beriman dan maha pengasih lagi maha penyayang. Rasullullah saw dan
kaum mukmin tidak akan beribadah seperti ibadahnya orang kafir yang bercampur
dengan syirik, yaitu memuja patung atau berhala dan menganggap mereka dapat
memberikan perlindungan atau kekuatan kepada orang kafir tersebut. Tidak boleh
saling memaksa untuk mengikuti suatu agama.
Allah
mengajarkan kita untuk bertoleransikepada orang yang tidak mau beriman atau
yang berbeda keyakinan. Semua amal perbuatan manusia, masing-masing tidak akan
mempengaruhi satu sama lainnya, karena akan dirasakan secara individu akibat
baik dan buruknya dengan prinsip “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu”
Kebenaran
(akhlak, yakni sesuatu yang mantap dan tidak mengalami perubahan) milik Allah
adalah harga mati karena sumbernya hanya Allah swt. Siapapun dipersilakan untuk
menerima (beriman) atau menolak (kafir) dengan kebenaran tersebut. Allah swt
tidak akan merasa rugi dengan kekafiran itu, karena justru kerugian akan
menimpa orang yang kafir, mereka termasuk orang yang menganiaya diri mereka
sendiri.
Mengidentifikasi Perilaku Toleransi dan Membiasakan Perilaku
Bertoleransi
a. Identifikasi perilaku
bertoleransi
1. Setiap
muslim harus bersikap tegas dalam mempertahankan akidah dan keyakinannya
sebagai muslim.
2. Sikap
tegas harus disampaikan dengan cara yang baik agar tidak menyinggung perasaan
orang lain yang berbeda
3. Tidak
mau berkompromi dalam hal akidah dan keyakinan dengan dalih dan alas an apapun.
4. bersikap
saling menghormati dan menghargai terhadap sesama, meskipun terdapat perbedaan.
5. Di
dunia ini selalu ada perbedaan, ada orang yang beriman ada orang yang tidak
beriman.
6. Tidak
saling mengganggu dan merendahkan satu sama lain.
7. Umat
islam harus berpegang teguh kepada kebenaran yang hakiki, yakni kebenaran dari
allah swt.
b. Menunjukkan perilaku
bertoleransi
1. Tidak
mengganggu orang lain yang berbeda agama dan keyakinan.
2. Tidak
menerima bujuk rayu dari orang lain yang berbeda agama.
3. Menganggap
orang lain sebagai saudara meskipun berbeda agama dan keyakinan.
4. Selalu
bersikap hormat dan menghargai orang lain yang berbeda keyakinan, menghindari
sikap permusuhan dan kebencian terhadap orang lain.
5. Menghindari
sikap egois, sombong dan angkuh yang dapat membuat orang lain tersinggung.
6. Selalu
waspada terhadap orang lain yang bermaksud menghancurkan akidah.
7. Bersikap
teguh pendirian dalam menegakkan kebenaran sesuai yang dianjurkan agama Islam.
8. Selalu
mempertebal keimanan.
Manfaat adanya toleransi dalam beragama
1.
Menjadikan lingkungan masyarakat rukun meskipun berbeda
keyakinan
2.
menumbuhkan rasa saling menghargai antara agama sesuai
kepecayaan yang di anut.
3.
agar selain kita mempunyai hubungan baik dengan Allah
SWT tetapi juga hubungan yang antar sesama manusia. Salah satu contohn
menumbuhkan sikap hormat menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta
suasana yang tenang.
Contoh pelaksanaan toleransi antara umat beragama dapat kita lihat seperti:
Contoh pelaksanaan toleransi antara umat beragama dapat kita lihat seperti:
a. membangun
jembatan.
b. memperbaiki
tempat-tempat umum.
c. membantu
orang yang kena musibah banjir.
d. membantu
korban kecelakaan lalu-lintas.damai dan
tenteram dalam kehidupan beragama termasuk dalam melaksanakan ibadat
3.3 Hukum Bacaan Q.S Yunus 40-41 dan
Al-Maidah 32
Yunus 40-41
Tajwid :
مِنهُم = izhar (karena nun mati bertemu
dengan huruf ta)
لاَّ مَّن = idĝam bilagunnah (karena nun mati
bertemu dengan huruf lam)
كَذَّبُوكَ
وَإِن = ikhfa (karena nun mati bertemu
dengan huruf kaf)
بَرِيءٌ = mad wajib muttasil (karena mad
menghadapi huruf hamzah dalam satu kalimat)
تَعْمَلُونَ = mad arid (karena adanya huruf mad
bertemu huruf mati berhenti /waqaf dalam
Al –Maidah ayah 32
idhar, qoloqolah
sughra, mad jaiz munfasil, mad wajib muttashil, mas thobi'i, ikhfa, iqlab, alif
lam qomariyah, alif lam syamsiyah,
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Jadi
dengan dibuatnya makalah ini diharapkya bertoleransi antar sesama, baik dari hal
agama maupun dalam hal lain.
Hal
ini dibutuhkan untuk menciptakan kehidupan yang tentram, sehingga diperlukan
kesediaan pada setiap individu manusia untuk selalu menanamkan sikap toleransi
dalam beragama.
Demikian
semestinya toleransi beragama itu diterapkan dimasyarakat Indonesia yang
mayoritasnya beragama Islam. Tidak sepantasnya kaum muslimin lalai dari segenap
prinsip dan patokan agamanya dalam bertoleransi. Karen kaum muslimin akan
ditunggangi oelh musuh-musuhnya bila melalaikan prinsip-prinsip tersebut.
a) Tuhan yang disembah Nabi Muhammad SAW. dan
pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
b) Toleransi yang dibenarkan adalah
masing-masing umat beragama saling menghormati, tidak mengganggu dan tidak
memaksakan agama kepada orang lain.
c) Sikap Manusia terhadap kebenaraan Al-Qur’an
ada dua, yakni kelompok Manusia yang percaya terhadap kebenaran Al-Qur’an, dan
Kelompok Manusia yang tidak percaya terhadap kebenaran Al-Qur’an
4.2
USUL DAN SARAN
Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita
cari atau yang kita bicarakan, tapi persamaanlah yang seharusnya kita cari
karena dari persamaanlah hidup ini akan saling menghargai, menghormati dan
selaras. Lewat persamaan kita bisa jalin persaudaraan dan mempererat tali
silahturahi, denga begitu aka tercpta kerukunan dengan sendirinya.
Hendaknya toleransi
disikapi dengan sebaik-baiknya dan tidak mengikuti kabar yang beredar tanpa
mengetahui ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA
http://hariandzul.blogspot.com/2010/08/makalah-surat-al-kaafirun-dan-surat.html
beragama/http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=499
http://haryayaya.wordpress.com/2011/10/30/toleransi-dalam-beragama/
http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/05/toleransi-dalam-perspektif-hadis-nabi.html
makasi ^_^
BalasHapussama-sama
Hapus